๐ Senin, 4 Rajab 1437H / 11 April 2016
๐ Tadabbur Al-Qur'an
๐ Dr. Saiful Bahri, M.A
๐ QS. Al-Mudatsir (Bag. 3)
๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐
๐Golongan Kanan
Jika orang-orang kafir di atas harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya, maka Allah akan memberi keleluasaan bagi orang-orang yang mengimani dakwah Rasulullah saw.
๐“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Kecuali golongan kanan”. (QS.74: 38-39)
Bahkan mereka bisa menanyakan kondisi orang-orang yang diadzab Allah. Hal demikian akan semakin membuat mereka bersyukur. Betapa beruntungnya orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Simaklah saat mereka bertanya kepada para penghuni neraka Saqar,
๐“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan. Hingga datang kepada kami kematian”. Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at”. (QS. 74: 42-48)
Hal diatas bisa kita ambil pelajaran. Bahwa para penghuni Saqar tersebut setidaknya memiliki empat kesalahan fatal.
1⃣ Pertama, tidak mengerjakan shalat. Merupakan simbol keenganan untuk menundukan hati kepada Allah. Sebuah simbol kengkuhan. Simbol kesombongan yang sangat dimurkai oleh Allah, karena kebesaran hanya milik-Nya.
2⃣ Kedua, tidak menunaikan zakat dan tidak menyayangi fakir miskin. Ini merupakan simbol kejahatan sosial. Menjadi sebuah akumulasi keburukan, setelah tak mampu menundukan kepala kepada Allah karena memusuhi fakir miskin dan kaum lemah berarti memusuhi Allah, Sang Pengasih yang sangat menyayangi mereka.
3⃣ Ketiga, selalu membicarakan dan menggunjingkan kebatilan. Jika membicarakan sebuah kebatilan saja sudah dicela, apalagi kebatilan itu kemudian dipergunjingkan, disebarluaskan, dibisniskan. Maka merugi dan celakalah mereka yang mengambil keuntungan dibalik pergunjingan kebatilan ini.
4⃣ Keempat, mengingkari adanya hari pembalasan. Jika hari pembalasan diingkari, maka orang-orang dzalim itu semakin menjadi – jadi. Tak ada lagi yang mereka takuti. Jika sangkaan mereka dibenarkan, maka berapa banyak orang-orang terdzhalimi dan tertindas tak terlindungi. Lantas siapa yang akan membalas mereka. Kaum tertindas yang dijanjikan kemenangan dan pertolongan. Jika tak di dunia mereka sangat mengharapkannya di akhirat. Sementara orang-orang dzhalim itu ditanguhkan oleh Allah sampai datangnya hari pembalasan.
Di samping itu ini menjadi dalil dan bukti bahwa ada dialog dan perbincangan yang terjadi pada penghuni surga dan neraka. Jika di surat ini penghuni surga menanyai penghuni neraka. Maka dalam surat lain para penghuni neraka meminta belas kasihan para penghuni surga yang sarat dengan berbagai kenikmatan.
๐“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesunguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami janjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul”. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim” [8].
๐ Keterlambatan
Sangat aneh. Peringatan yang demikian jelas seperti diatas justru di dustakan.
๐“Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)”. (QS.74: 49).
Padahal jika mereka mau mengunakan akalnya mereka takakan melakukan kebodohan itu. karena hal tersebut hanya akan mendatangkan penyesalan kelak.
Kita telaah sejenak penggambaran Allah tentang kedunguan mereka,
๐“Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut. Lari dari pada singa”. (QS.74: 50-51).
Bukankah keledai adalah perumpamaan yang menghinakan. Binatang yang dungu, namun itu lebih baik karena ia tak memiliki akal untuk berpikir. Sementara orang-orang kafir itu diberi akal oleh Allah, tapi mereka tak mau menggunakannya. Jadi mereka lebih buruk dari keledai.
Peringatan yang diberikan Allah seharusnya mereka terima dengan lapang dada dan terbuka. Karena peringatan itu membuat dan menstimulus mereka untuk memperbaiki kualitas hidup dengan penghambaan yang benar kepada Allah. Tapi justru mereka lari menghindar, seperti menghindarnya keledai dari kejaran singa. Jika keledai tak mampu dari kejaran singa. Sanggupkah mereka lari dari takdir Allah, menghindari keputusan dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah. Atau dapatkah mereka bersembunyi dari siksaan Allah yang telah menunggu mereka setelah hari perhitungan. Tak akan ada yang bisa melarikan diri dari keputusan Allah.
๐Sebaik-baik Peringatan
๐“….Sesunguhnya al-Qur’an itu adalah peringatan. Maka barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al-Qur’an). Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun”. (QS.74: 54-56)
Al-Qur’an yang dibawa Rasulullah saw merupakan pengingat terutama bagi mereka yang mau membacanya dan mau berusaha memahaminya serta menginginkan kebaikan darinya. Beruntunglah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah serta dimudahkan untuk berinteraksi dan memahami al-Qur’an dengan baik.
Karena al-Qur’an adalah pedoman langgeng serta aturan yang berlaku untuk manusia dimana saja sepanjang masa. Ia merupakan salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw. Dan hingga sekarang kemurnian al-Qur’an masih tetap terjaga, berbeda dengan kitab-kitab suci lainya. Hal ini dikarenakan Allah menjaganya dari segala macam perubahan, penggantian, dan pengurangan isinya [9]. Sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw, al-Qur’an memiliki berbagai karakteristik yang mampu menunjukkan keagungannya. Di antaranya al-Qur’an sebagai kitab ilahy (wahyu dari Allah), kitab yang dijaga Allah, sebagai Mukjizat, jelas dan mudah dipahami, kitab agama yang integral (mencakup berbagai aspek kehidupan), kitab yang berlaku untuk sepanjang masa, dan kitab yang memiliki muatan humanisme [10].
Dan barang siapa yang mau berpegang teguh pada al-Qur’an maka ia akan lapang dalam menjalani hidup yang sarat dengan berbagai macam rintangan. Apalagi jika seorang nabi atau dai. Maka kedekatannya dengan Al-Qur’an menjadi spirit tersendiri yang akan menjadi ruh dan motivasi dakwahnya. Wallรขhu al-Musta’รขn.
———————————————————————————–
[1] Imam Jalaluddin as-Suyuthi, al-itqรขn fi ‘Ulumi al-Qur’an, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, Cet.I, 2004 M/1425 H, hal.21, Imam Badruddin az-Zarkasyi, al_Burhan fi Ulumi al-Qur’an, Beirut: Darul Fikr, Cet.I, 1988 M/1408 H, Vol.I, hal 249
[2] Syeikh Muhammad Ali ash-Shabuny, Ijazu al-Bayan fi Suar al-Qur’an, Cairo: Dar Ali ash-Shabuny, 1986 M/1406 H, hal 267-268
[3] Lihat Shafiurrahman al-Mubarakfury, Ar-Rahรฎq al-Makhtรปm, edisi terjemah, Jakarta Pustaka al-Kautsar,Cet.II, Januari 2009, hal.65
[4] Imam Ibnu Jarir at-Thabary, Jรขmi’ al-Bayรขn, Beirut: Dar Ihya Turats a-Araby, Cet.I, 2001 M/1421 H, Vol.29,hal.176, juga Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Cairo: al-Maktabah al-Qayyimah Vol.IV, hal.572
[5] Shafiurrahman al-Mubarakfury, Ar-Rahรฎq al-Makhtรปm, Op.Cit, hal.66
[6] Tesis penulis, Kitab Lawami’ al-Burhan wa Qawathi’ al-Bayan fi Ma’any al-Qur’an li al-Ma’iny, Dirasah wa Tahqiq, Cairo: Universitas Al-Azhar, 2006 M, Vol.II,hal.738
[7] Ibid. Hal, 739
[8] Lihat QS. Al-A’raf: 44
[9] Lihat QS. Al-Hijr: 09
[10] Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawy, Kaifa Nata’ รขmal ma’a al-Qur’an, Beirut: Darusysyuruq, Cet.I, 1999 M/1419 H, hal 17
๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐๐น
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
๐ผ Sebarkan! Raih pahala...
@
Tagged @ Al Qur'an & Tafsir
Tagged @ Al Quran dan Tafsir
Tagged @ Materi
Tagged @ Saiful Bahri
Kamu sedang berada dipostingan QS. Al-Mudatsir (Bag. 3), QS. Al-Mudatsir (Bag. 3), QS. Al-Mudatsir (Bag. 3), QS. Al-Mudatsir (Bag. 3), QS. Al-Mudatsir (Bag. 3), QS. Al-Mudatsir (Bag. 3), QS. Al-Mudatsir (Bag. 3) , QS. Al-Mudatsir (Bag. 3)
0 comments:
Post a Comment - Kembali ke Konten