Update tentang islam dari beberapa penulis blog.

QS. Al-Qiyamah (Bag. 3)

📆 Senin, 25 Rajab 1437H / 2 Mei 2016 M
📚 Tadabbur Al-Qur'an

📝 Dr. Saiful Bahri, M.A

📋 QS. Al-Qiyamah (Bag. 3)

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

materi sebelumnya

http://www.iman-islam.com/2016/04/qs-al-qiyamah-bag-2.html?m=1

📚Tanda-Tanda Dari Allah

Sebagaimana pada kekuasaan-Nya terdapat tanda-tanda, demikian pula pada makhluk ciptaan-Nya, Allah berikan tanda padanya agar ia mau mengingat Allah. Demikian halnya menjelang kematian Allah tak jarang memberikan tanda pada kita. Saat kita sakit, semestinya kita segera menyadarinya bahwa Allah mengirimkan sebuah tanda agar kita lebih siap lagi. Saat melihat atau mendengar kabar tentang kematian, itu juga sebuah tanda. Baik dia beriman pada Allah ataupun mengingkarinya

Ini adalah tanda-tanda kiamat kecil (sughrâ) yaitu kematian yang pasti dialami oleh semua makhluk-Nya yang bernafas. Sebelum kiamat besar (kubrâ) benar-benar datang. Yaitu hari kiamat yang meluluhlantakan apa saja. Bukan hanya yang hidup tapi apa saja dan siapa saja, saat itu menjumpai kebinasaannya. Karena kekekalan dan kehidupan hari itu hanya milik-Nya. Seorang saja. “Semua yang ada di bumi itu akan binasa”[11].

📌“Sekali-kali jangan, apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?” Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia)”. (QS. 75: 26-28)

Saat sakaratul maut dihadapinya ia benar-benar tak memiliki daya apapun. Yang ia tau bahwa saat perpisahan dengan segala yang dicintainya akan segera terjadi. Semua sangkaannya akan menjadi sia-sia. Hari yang ia takuti akan segera datang. Saat yang paling ia benci akan menyambanginya. Segala keangkuhan dan kekuasaannya, juga uangnya tak akan mampu menggantikan suasana ketakutan itu sirna dan menjahuinya, “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya ia tahu jawabannya. Tapi ia tak mampu mengatakannya, karena taubat di detik-detik itu tidak diterima Allah.

Simaklah satu lagi penggambaran Allah terhapat peristiwa menjelang kematian ini,

📌“Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan)” (QS.75: 29).

Ia benar-benar menggigil ketakutan, dua betisnyapun mengatup. Tergambar didepannya segala bentuk kengerian dan kesendirian yang akan dijumpainya. Saat itu dua masalah bertemu. Adh-Dhahâk mengatakan,

📌“Yaitu urusan jasad dan ruhnya. Keluarganya mengurus jasadnya. Sedang malaikat mengurus ruhnya. Ia bahkan tak tahu kemana jasad dan ruhnya dibawa oleh masing-masing mereka” [12].

Mereka seolah lupa bahwa ini semua merupakan implikasi dan dampak dari apa yang mereka perbuat di dunia.

📌 “Dan ia tidak mau membenarkan (rasul dan al-Qur’an) dan tidak mau mengerjakan shalat. Tetapi ia mendustakan (rasul) dan berpaling (dari kebenaran). Kemudian ia pergi kepada keluarganya dengan berlagak (sombong)”. (QS.75” 31-33)

Ringkasannya ia melakukan empat dosa besar:

1⃣ .       Mendustakan Rasul Allah dan al-Qur’an

Mendustakan Rasul berarti tidak menerima segala hal yang dibawa olehnya. Termasuk al-Qur’an, wahyu Allah yang dimandatkan padanya untuk disampaikan isi dan redaksinya secara utuh kepada umatnya.

2⃣ .       Tidak mau mengerjakan shalat

Sebagaimana disinggung sebelumnya dalam surat al-Mudatsir ayat 43. Mereka tidak mengerjakan shalat, dan ini merupakan simbol keengganan untuk menundukan hati kepada Allah. Sebuah simbol keangkuhan, simbol kesombongan yang sangat dimurkai oleh Allah, karena kebesaran hanya milik-Nya.

3⃣ .       Berpaling dari kebenaran karena ego dan gengsinya

Sebagai akibat ia tak mau lagi mendengarkan nasihat dan masukan konstruktif. Ia abaikan kebenaran. Ia palingkan dirinya menjauhi kebenaran, demi gengsi dan egonya, apalagi jika kebenaran itu datang dari orang yang tidak disukainya atau karena ancaman polularitasnya atau karena takut kehilangan pengaruh di tengah kaumnya.

4⃣ .       Sombong di depan manusia

Di ayat 33 ini secara spesifik justru Allah mengambarkan ia berlaku sombong di depan keluarganya. Jika ia sudah berani berlaku sombong dan angkuh di depan keluarganya apalagi di depan orang lain. Selaiknya ia bela dan sayangi keluarganya. Ia tunjukkan keramahan, cinta dan keteduhan. Namun yang terjadi justru sebaliknya, ia berinteraksi dengan kasar dan keras demi menunjukan keangkuhannya.

Maka jatuhlah vonis celaka terhadap mereka dan apa yang mereka lakukan.

📌“Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaan bagimu. Kemudia Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaan bagimu”. (QS.75: 34-35).

Kutukan ini diulang sampai empat kali. Sekali saat ia merenggang nyawa menghadapi kematian. Kedua, saat ia berada dalam kesendirian tanpa daya mendapatkan siksa kubur. Ketiga, saat ia dibangkitkan setalah hari kehancuran. Dan keempat kalinya, saat vonis terakhir benar-benar ia terima. Mendekam dalam kekekalan di neraka jahannam. Sepanjang masa yang hanya Allah saja tahu takarannya.

📚Petaka, Bermula Dari Kelalaian yang Berkelanjutan

📌“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa bertanggung jawab)?”.

Manusia lupa, bahwa ia diciptakan dengan misi memakmurkan bumi Allah dan membawa misi penghambaan yang benar pada Allah semata. Dan semua itu ada pertanggungjawabannya kelak dihadapan Allah. Lantas apa yang membuatnya berkeyakinan bahwa ia akan hidup dan kemudia mati serta berakhir segalanya? Sebagaimana ia diperintahkan untuk beribadah dan dilarang untuk membangkang serta mendustakan agama-Nya, maka semua ada saatnya manusia diganjar atas perbuatannya. Tentunya sebelum itu ia akan diminta terlebih dahulu tanggung jawab atas amal-amalnya.

Sebenarnya yang membuat lupa, karena ia melalaikan asal kejadiannya. Dan ia tak pernah merasakan bahwa wujud serta eksistensinya di dunia ini adalah sebuah kenikmatan yang Maha Agung.

📌“Bukankah dia dulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan”. (QS. 75: 37-39)

Jika manusia mau mengingat asal kejadiannya ia akan segera sadar dan tahu bahwa Allah mampu membangkitkannya setelah dia mematikan semua makhluk-Nya,

📌“Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?” (QS. 75: 40). Mahasuci Allah, Engkau Maha Besar.

Ibnu Katsir menukil sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud Shâhibussunan. Ibunda Aisya ra menuturkan sebuah riwayat,

📌“Ada seorang laki-laki shalat di atas rumahnya. Dan ketika ia menbaca ….. ia berkata: Subhânaka fa balâ (mahasuci Engkau maka benarlah). Kemudian  saat ia ditanya, ia menjawab aku mendengarnya dari Rasulullah saw”. Namun, Ibnu Katsir melemahkan hadits yang hanya diriwayatkan oleh Abu Dawud ini[13]. Sebagaimana pendapat Ibnu Jarir ath-Thabary, “hadits ini mursal dan saya tak menemukan satu pun yang marfu” [14]. Namum jika dibaca diluar shalat maka hal tersebut tidak ada perbedaan pendapat. Karena Ibnu Abbas dan Said bin Jubair juga mengajurkannya demikian [15].

Mahasuci Allah. Jika manusia tak lalai dan mau mengingat asal usulnya, tentu ia akan jauh dari petaka dan azab Allah sejak berada di dunia. Sebagai gantinya kelak di akhirat akan Allah berikesempatan yang sangat mahal, yaitu bertemu langsung dengan-Nya dan mendapatkan pentulan cahaya-Nya yang menerangi segala kegelapan. Allâhumma Amin.

———————————————————————————–
                                                                                   
[1]  Imam Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqân fi ‘Ulumi al-Qur’an, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, Cet.I, 2004 M/1425 H, hal.22, dan lihat Imam Badruddin az-Zarkasyi, al_Burhan fi Ulumi al-Qur’an, Beirut: Darul Fikr, Cet.I, 1988 M/1408 H, Vol.I, hal 249

[2] Prof Dr. Jum’ah Ali Abd Qader, Ma’âlim Suar al-Qur’an, Cairo: Universitas Al-Azhar, Cet.I, 2004 M/1424 H, Vol.2, hal .732

[3]  Lihat: Abu Zakaria al-Farrâ, Ma’aniy al-Qur’an, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, Cet.I, 2002 M/1423 H, Vol.III,hal.100, juga lihat: Imam az-Zamakhsyary, al-Kasysyâf ‘an Haqâ’iqu at-Tanzil, Cairo: Maktabah Musthafa al-Halaby, Cet.I, 1354 H, Vol.IV, hal.163

[4]  Imam al-Qurthuby, al-Jami’ li Ahkami al-Qur’an Cairo: Darul Hadits, 2002 M / 1422 H, Vol.X, hal.83

[5]  QS. Annur (24): 24

[6]  Imam al-Hakim at-Trimidzi, Nawadir al-Ushul fi Ma’rifai Ahadits ar-Rasul, Cairo: Dar ar-Rayyan, Cet.I, 1988 M / 1413 H, Vol.2, hal.457

[7]  Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawy, Kaifa Nata’ âmal ma’a al-Qur’an, Beirut: Darusysyuruq, Cet.I, 1999 M/1419 H, hal 28

[8]  HR. Al-Bukhary dalam kitab Tauhid, hadits nomer: 7435 (Ibnu Hajar al-‘Asqalany, Fathul Bâri bi Syarhi Shahih al-Bukhary, Cairo: Darul Hadits, Cet.1, 1998 M / 1419 H, Vol.XIII, hal.497)

[9] HR. Al-Bukhary dalam kitab Tauhid, hadits nomer: 7436 (Fathul Bâri, Ibid, hal.499)

[10] Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawy, al-Imân wa al-Hayâh, Cairo: Maktabah Wahbah, Cet.16, 2007 M /1428 H,hal.160

[11]  QS. Ar-Rahmân (55): 26

[12]  Imam Ibnu Jarir at-Thabary, Jâmi’ al-Bayân, Beirut: Dar Ihya Turats a-Araby, Cet.I, 2001 M/1421 H, Vol.29,hal.233

[13]  Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Cairo: al-Maktabah al-Qayyimah Vol.IV, hal.586

[14] Imam Ibnu Jarir ath Thabary, Jâmi’ al-Bayân, Ibid,Vol.XXIX. hal.29, lihat juga tesis penulis , Kitab Lawami’ al-Burhan wa Qawathi’ al-Bayan fi Ma’any al-Qur’an li al-Ma’iny, Dirasah wa Tahqiq, Cairo: Universitas Al-Azhar, 2006 M, Vol.II, hal.758

[15]  Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Ibid
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala...


@


Recommended posts

Kamu sedang berada dipostingan QS. Al-Qiyamah (Bag. 3), QS. Al-Qiyamah (Bag. 3), QS. Al-Qiyamah (Bag. 3), QS. Al-Qiyamah (Bag. 3), QS. Al-Qiyamah (Bag. 3), QS. Al-Qiyamah (Bag. 3), QS. Al-Qiyamah (Bag. 3) , QS. Al-Qiyamah (Bag. 3)

0 comments:

Post a Comment - Kembali ke Konten

QS. Al-Qiyamah (Bag. 3)