๐ Selasa, 20 Jumadil Akhir 1437H / 29 Maret 2016
๐ Fiqih dan Hadits
๐ Ustadz Farid Nu'man Hasan, SS.
๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐
๐Hadits ke 11:
Al Hafizh Ibnu Hajar menambahkan:
َِููุฃَุตْุญَุงุจِ "ุงَูุณَُِّูู": - ุงِุบْุชَุณََู ุจَุนْุถُ ุฃَุฒَْูุงุฌِ ุงََّููุจِِّู - ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- ِูู ุฌََْููุฉٍ, َูุฌَุงุกَ َِููุบْุชَุณَِู ู
َِْููุง, ََููุงَูุชْ َُูู: ุฅِِّูู ُْููุชُ ุฌُُูุจًุง, ََููุงَู: "ุฅَِّู ุงَْูู
َุงุกَ َูุง ُูุฌِْูุจُ" - َูุตَุญَّุญَُู ุงَูุชِّุฑْู
ِุฐُِّู, َูุงุจُْู ุฎُุฒَْูู
َุฉَ
๐Dan diriwayatkan oleh para penyusun kitab Sunan: “Sebagian istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mandi di bak yang besar, maka Beliau datang untuk mandi memakai air darinya, lalu berkatalah istrinya kepadanya: “Saya sedang junub.” Lalu Beliau bersabda: “Sesungguhnya air tidaklah junub.” Dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah.
๐Takhrij Hadits:
๐น- Imam At Tirmidzi dalam Sunannya No. 65
๐น- Imam Abu Daud dalam Sunannya No. 68
๐น- Imam Ibnu Majah dalam Sunannya No. 370
๐น- Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 859
๐น- Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 1248
๐น- Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 355
๐Status Hadits:
๐น- Imam At Tirmidzi berkata: hasan shahih.(Sunan At Tirmidzi No. 65)
๐น- Imam As Suyuthi mengatakan: shahih.(Al Jami’ Ash Shaghir No. 2097)
๐น- Syaikh Al Albani juga menshahihkannya. (Shahihul Jami’ No. 1927)
๐Kandungan hadits:
๐1⃣ . Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan:
a. Ashhabus Sunan, Al Hafizh menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ashhabus Sunan. Siapakah Ashhabus Sunan? Yaitu para pengarang kitab As Sunan, seperti Imam At Tirmidzi dengan Sunan At Tirmidzi (kadang juga disebut Jami’ At Tirmidzi), Imam Abu Daud dengan Sunan Abi Daud, Imam Ibnu Majah dengan Sunan Ibni Majah, dan Imam An Nasa’i dengan Sunan An Nasa’i. Inilah yang terkenal, walau kitab sunan masih ada lagi selain mereka.
b. Jafnah, apa arti Jafnah?
Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri Rahimahullah berkata:
ุจูุชุญ ุงูุฌูู
ูุณููู ุงููุงุก ุฃู ูุตุนุฉ ูุจูุฑุฉ ูุฌู
ุนู ุฌูุงู
๐Dengan jim difathahkan dan fa disukunkan artinya adalah wadah yang besar dan jamaknya adalah jifaan. (Tuhfah Al Ahwadzi, 1/167)
๐2⃣ . Hadits ini menegaskan kebolehan bagi laki-laki (suami) untuk bersuci dengan air yang sudah digunakan mandi oleh wanita (istri), walau si istri dalam keadaan junub.
Imam Ash Shan’ani Rahimahullah mengatakan:
ูุฃูู ูุฌูุฒ ุบุณู ุงูุฑุฌู ุจูุถู ุงูู
ุฑุฃุฉ، ูููุงุณ ุนููู ุงูุนูุณ ูู
ุณุงูุงุชู ูู، ููู ุงูุฃู
ุฑูู ุฎูุงู، ูุงูุฃุธูุฑ ุฌูุงุฒ ุงูุฃู
ุฑูู، ูุฃู ุงูููู ู
ุญู
ูู ุนูู ุงูุชูุฒูู.
๐Sesungguhnya dibolehkan seorang laki-laki mandi dengan air sisa wanita, dan qiyaskan kebalikannya karena adanya kesamaan, dan dua hal ini merupakan hal yang diperselisihkan, namun yang lebih benar adalah dua hal ini dibenarkan, sedangkan larangannya menunjukkan tanzih[2] saja.(Subulus Salam, 1/22)
Bagaimana memadukan antara hadits ini dan semisalnya –yang jelas-jelas membolehkan- dengan hadits lain yang menunjukkan bahwa justru Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang melakukannya?
Berikut ini ulasan Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri Rahimahullah:
َูุฐَุง َูุฏُُّู ุนََูู ุฌََูุงุฒِ ุงูุชَّุทَُّูุฑِ ุจَِูุถِْู ุงْูู
َุฑْุฃَุฉِ َูุญَุฏِูุซُ ุงْูุญََูู
ِ ุจِْู ุนَู
ْุฑٍู ุงْูุบَِูุงุฑِِّู ุงَّูุฐِู ุชََูุฏَّู
َ ِูู ุงْูุจَุงุจِ ุงْูู
ُุชََูุฏِّู
ِ َูุฏُُّู ุนََูู ุงَِّْูููู ุนَْู ุฐََِูู ، ََููุฏْ ุฌُู
ِุนَ ุจََُْูููู
َุง ุจِุฃََّู ุงََّْูููู ู
َุญْู
ٌُูู ุนََูู ู
َุง ุชَุณَุงَูุทَ ู
ِْู ุงْูุฃَุนْุถَุงุกِ َِِِْููููู َูุฏْ ุตَุงุฑَ ู
ُุณْุชَุนْู
ًَูุง َูุงْูุฌََูุงุฒُ ุนََูู ู
َุง ุจََِูู ู
ِْู ุงْูู
َุงุกِ َูุจِุฐََِูู ุฌَู
َุนَ ุงْูุฎَุทَّุงุจُِّู ، َูุจِุฃََّู ุงََّْูููู ู
َุญْู
ٌُูู ุนََูู ุงูุชَّْูุฒِِูู ุจَِูุฑَِููุฉِ ุฃَุญَุงุฏِูุซِ ุงْูุฌََูุงุฒِ َِููู ุฅَِّู ََْููู ุจَุนْุถِ ุฃَุฒَْูุงุฌِ ุงَّููุจِِّู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ุฅِِّูู ُْููุช ุฌُُูุจًุง ุนِْูุฏَ ุฅِุฑَุงุฏَุชِِู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ุงูุชََّูุถُّุคَ ุจَِูุถَِْููุง َูุฏُُّู ุนََูู ุฃََّู ุงََّْูููู َูุงَู ู
ُุชََูุฏِّู
ًุง َูุญَุฏِูุซُ ุงْูุฌََูุงุฒِ َูุงุณِุฎٌ ِูุญَุฏِูุซِ ุงَِّْูููู َูุงَُّููู ุชَุนَุงَูู ุฃَุนَْูู
ُ .
๐Hadits ini menunjukkan kebolehan bagi laki-laki bersuci dengan air sisa kaum wanita, sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh Al Hakam bin Amru Al Ghifari pada pembahasan Bab sebelumnya justru menunjukkan larangannya. Keduanya telah dipadukan bahwasanya larangan tersebut dimaknai sebagai air yang menetes dari anggota badan sehingga membuat air tersebut menjadi musta’mal, sedangkan kebolehannya adalah pada air yang tersisa. Itulah kompromi yang dilakukan oleh Imam Al Khathabi, dengan memaknai bahwa larangan itu hanya bersifat tanzih semata, hal ini ditunjukkan oleh hadits-hadits yang membolehkannya. Ada juga yang mengatakan bahwa ucapan sebagian istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika Beliau hendak berwudhu dengan air sisa mereka, menunjukkan bahwa larangan tersebut adalah telah lalu, sedangkan hadits yang membolehkan telah menghapus hadits yang melarang. Wallahu Ta’ala A’lam (Tuhfah Al Ahwadzi, 1/167)
Selesai. Wallahu A’lam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰
[1] Tahnik adalah memasukkan kurma yang telah dilembutkan ke dalam mulut bayi, di bagian langit-langitnya, dilakukan tidak lama setelah lahirnya bayi.
[2] Tanzih adalah makruh yang mendekati boleh.
๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐๐น
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
๐ผ Sebarkan! Raih pahala...
@
Tagged @ Fiqih & Hadits
Tagged @ Fiqih dan Hadits
Tagged @ Materi
Kamu sedang berada dipostingan Kitab Ath Thaharah (bersuci) (11) - Bab Al Miyah (Tentang Air), Kitab Ath Thaharah (bersuci) (11) - Bab Al Miyah (Tentang Air), Kitab Ath Thaharah (bersuci) (11) - Bab Al Miyah (Tentang Air), Kitab Ath Thaharah (bersuci) (11) - Bab Al Miyah (Tentang Air), Kitab Ath Thaharah (bersuci) (11) - Bab Al Miyah (Tentang Air), Kitab Ath Thaharah (bersuci) (11) - Bab Al Miyah (Tentang Air), Kitab Ath Thaharah (bersuci) (11) - Bab Al Miyah (Tentang Air) , Kitab Ath Thaharah (bersuci) (11) - Bab Al Miyah (Tentang Air)
0 comments:
Post a Comment - Kembali ke Konten